Saturday, January 23, 2016

[LIR BOOK REVIEW] Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing


*****


Dalam Rahim Ibuku Tak Ada Anjing – Afrizal Malna
Bentang Budaya / 2002


"Aku seorang perempuan yang sedang sibuk membongkar tembok-tembok. Yang akar-akar dari tembok itu melilit sepatuku. Aku percaya, dalam rahim ibuku tidak ada sampah." - Afrizal Malna, hlm 59 (Kelahiran Seekor Anjing)

Anti-puitik, entah apa istilah linguistiknya, Tapi yang jelas, kumpulan puisi Afrizal Malna yang ini bukan seperti puisi kebanyakan. Puisinya ditulis seperti sebuah deret gerak cepat bakal animasi yang tak saling sambung, saling tubruk, berkelindan, chaos. Tapi dalam kelebatan-kelebatan kalimatnya, satu per satu isu mencuat. Penuh metafor, tapi kata-kata indah bukan amunisinya. Afrizal Malna justru mengajak kita berlompatan di pemandangan kelas menengah ke bawah, adegan-adegan profesi yang tak pernah tertulis di kolom cita-cita, kumuh. Dalam sudut pandang yang jungkir-balik tapi segar, ia mengutuki bangsatnya rezim yang 32 tahun berkuasa, sampai bujuk rayu pemanas adegan ranjang. Juga sosok ibu, tempat kita selalu ingin pulang, tempat segala lahir, sosok yang menjadi ‘rumah’ dalam rumah itu sendiri.

Ditulis di circa 1998, tidak bisa tidak, banyak sarkasme politis yang terbaca dari buku ini. Melalui kolase-kolase katanya, secara implisit Afrizal Malna meleburkan dirinya dalam masyarakat kelas bawah, dan meminjam perspektif mereka untuk mengomentari situasi politik pada jaman itu. Ia seperti melawan stereotype akan apa yang bisa dideskripsikan dengan kata ‘indah’. Pilihan jitu jika kalian sedang bosan atau sudah kenyang dengan puisi yang hanya mengurusi indahnya siluet senja atau daun-daun berguguran. Dan karena topik tentang reformasi belum akan habis dibahas sampai entah mungkin berapa belas atau puluh tahun lagi, buku ini akan tetap konstektual untuk dibaca.

Dalam permainan bahasanya, Afrizal Malna kemudian mengumpamakan kata sebagai sebuah ruang. Maka jangan heran membaca adegan-adegan absurd yang aneh jika dibaca secara literal, ia lebih seperti ingin membanjiri kita dengan impresi. Yang dari situ kita bisa menilai sendiri, apakah kita sudah sampai di teras, ruang tamu atau bahkan sudah sampai dapur dan halaman belakang semesta kata milik Afrizal Malna. Suka sekali dengan kolase adegan macam kota-kota yang terjebak dalam koper yang diletakkan di rak barang kereta api jurusan Jogjakarta, secangkir kopi yang menelan malam dalam setiap tegukannya, mayat gubernur yang disimpan di kolong tempat tidur, kepalan tangan yang jadi bara pemasak politik negara. Ngomong-ngomong, saya suka sekali dengan ilustrasi Ugo Untoro di sampulnya.

Tabik,
(Titah AW – menulis di WARN!NGMAGZ, memasak di LIR.)


*****



Note:
#LirBookClub mengundang para penikmat buku untuk datang membaca di Lir dan menuliskan pendapatnya atas buku tersebut. Siapa saja bisa terlibat dalam kegiatan ini. Cukup datang di waktu operasional Lir., membaca buku, dan mengirimkan tulisan kepada kami. Untuk tulisan yang dimuat akan mendapatkan kopi gratis di kunjungan berikutnya! 


Friday, January 15, 2016

[OPEN CALL] Exhibition

(desain poster oleh @isnainbahar)


*****


[OPEN CALL : EXHIBITION]


LIR Space (www.lirspace.net) adalah sebuah ruang seni independen yang berdiri sejak tahun 2011 dengan tujuan membangun lingkungan yang suportif dan positif bagi seniman muda lintas media yang berasal dari berbagai disiplin ilmu.

Awal tahun ini, LIR Space membuka kesempatan bagi para seniman muda dan kurator untuk mengajukan pameran dalam periode bulan Februari - April 2016 dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pameran berupa pameran tunggal atau project-based.

2. Mengirimkan berkas-berkas berikut ini dalam satu format PDF (.pdf): 
    - CV
    - Portofolio / online portfolio link
    - Proposal pameran yang akan diajukan (500 kata)
    - Tuliskan pilihan pertama dan pilihan ke-dua untuk waktu berpameran 

3. Kirimkan ke alamat lirspace@gmail.com paling lambat 24 Januari 2016. 


(Untuk melihat arsip pameran Lir dari th.2011-2015: www.lirspace.net)